Kamis, 31 Desember 2009

Peran Sistem Informasi Manajemen Dalam Pengambilan Keputusan Organisasi

Konflik secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses yang dapat terjadi apabila salah satu pihak merasa bahwa pihak lain berkeinginan secara negatif. Di sisi lain, Konflik dapat terjadi apabila ada perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan; dikarenakan setiap manusia memiliki Sifat, Sikap, Keinginan,Kepribadian, dan Minat yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga sulit untuk disatukan dan menyatukannya.

Dilihat dari hubungannya dalam Perusahaan, Konflik dapat dibagi menjadi 2 (dua),yaitu:

Pertama, Konflik Fungsional dan Konflik non-Fungsional. Dikatakan bahwa konflik adalah fungsional, jika dari konflik itu membuahkan kebaikan bagi organisasi, mendukung tujuan dan meningkatkan kinerja (performance) organisasi. misalnya: 2 (dua) Departemen disuatu Perusahaan terlibat dalam Konflik, tentang bagaimana cara menghasilkan produk yang baik tanpa perlu menaikkan biaya produksi dan pada akhirnya menghasilkan suatu kesamaan pendapat. Hasil yang baik akan tercapai bila konflik ini dapat diselesaikan bersama-sama dan hasilnya dapat menguntungkan Perusahaan.

Kedua, Konflik Non-fungsional adalah setiap pertentangan atau interaksi antara kelompok yang mengganggu organisasi dan merintangi upaya pencapaian Tujuan Perusahaan. Misalnya pertentangan antara bagian akutansi dan bagian personalia mengenai cara pembayaran gaji. Bagian personalia minta kepada bagian akutansi agar bagian personalia yang membayarkan langsung kepada karyawan, sedangkan bagian akutansi ingin membayarnya melalui bank. Atas ketidak-cocokan itu akhirnya kerjasama antara bagian akutansi dan bagian personalia menjadi sulit terkoordinasikan. Konflik yang non-fungsional harus dihilangkan dalam Perusahaan karena hal ini akan memberikan dampak negatif dikemudian waktu. Solusinya yaitu Penyelesaian konflik dapat dilakukan sendiri oleh yang bertikai, dapat juga dipaksa diselesaikan oleh (manajer) atasan, atau oleh pihak ketiga sebagai arbitrase (penengah pencari penyelesaian).

PEMBUATAN KEPUTUSAN, JENIS-JENIS, TINGKAT
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN MENGANALISIS KEPUTUSAN

Salah satu kegiatan manajemen yang penting adalah memahami sistem
sepenuhnya untuk mengambil keputusan-keputusan yang tepat yang akan dapat
memperbaiki hasil sistem keseluruhan dalam batas-batas tertentu. Dengan demikian
pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan dari berbagai alternatif
baik kualitatif maupun kuantitatif untuk mendapat suatu alternatif terbaik guna
menjawab masalah atau menyelesaikan konflik (pertentangan). Proses penurunan suatu
keputusan mengandung empat unsur :
(1 ) Model : Model menunjukkan gambaran suatu rnasalah secara kuantitatif
atau kualitatif .
(2) Kriteria: Kriteria yang dirumuskan menunjukkan tujuan dari keputusan yang
diamtril. Jika terdapat beberapa kriteria yang saling bertentangan, maka pengambilan
keputusan harus melalui kompromi (misalnya menambah jasa langganan dan
mengurangi persediaan, maka keputusan mana yang diambil perlu kompromi).
(3) Pembatas; Faktor-faktor tambahan yang perlu diperhatikan dalam
memecahkan masalah pengambilan keputusan. Misalnya dana yang kurang tersedia.
(4) Optimalisasi: Apabila masalah keputusan telah diuraikan dengan sejelas-
jelasnya (model), maka manajer menentukan apa yang diperlukan (kriteria) dan apa
yang diperbolehkan (pembatas). Pada keadaan ini pengambil keputusan siap untuk
memilih pemecahan yang terbaik atau yang optimum.
Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan
Masalah dan konflik terdapat di mana-mana. Beberapa di antaranya bersifat
sederhana dan deterministik, sedangkan yang lain bersifat sangat kompleks dan
probabilistik serta dapat menimbulkan pengaruh yang besar. Pengambilan keputusan
dapat bersifat rutin dan memiliki struktur tertentu atau dapat juga bersifat sangat
kompleks dan tidak berstruktur.
Terdapat dua jenis pengambilan keputusan, yaitu :
(1) Pengambilan keputusan terprogram.
(2) Pengambilan keputusan tidak terprogram.

1 . Pengambilan keputusan terprogram :
Jenis pengambilan keputusan ini.mengandung suatu respons otomatik
terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Masalah yang bersifat pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan
pengambilan keputusan jenis ini. Tantangan yang besar bagi seorang analis
adalah mengetahui jenis-jenis keputusan ini dan memberikan atau menyediakan
metode-metode untuk melaksanakan pengambilan keputusan yang terprogram
di mana saja. Agar pengambilan keputusan harus didefinisikan dan dinyatakan
secara jelas. Bila hal ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya hanyalah
mengembangkan suatu algoritma untuk membuat keputusan rutin dan otomatik.
Dalam kebanyakan organisasi terdapat kesempatan-kesempatan untuk
melaksanakan pengambilan keputusan terprogram karena banyak keputusan
diambil sesuai dengan prosedur pelaksanaan standar yang sifatnya rutin. Akibat
pelaksanaan pengambilan keputusan yang terprogram ini adalah membebaskan
manajemen untuk tugas-tugas yang lebih penting.

2. Pengambilan keputusan tidak terprogram:
menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah'masalah yang
tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi proses-
proses pengambilan keputusan untuk menjawab masalah-masalah yang kurang
dapat didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks, hanya
sedikit parameter'parameter yang diketahui dan kebanyakan parameter yang
diketahui bersifat probabilistik. Untuk menjawab m'asalah ini diperlukan
seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan keputusan, ditambah dengan
bantuan sistem infofmasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan keputusan
tidak terprogram dengan baik. Perluasan fasilitas'fasilitas pabrik,
pengembangan produk baru, pengolahan dan pengiklanan kebijaksanaan-
kebijaksanaan, manajemen kepegawaian, dan perpaduan semuanya adalah
contoh masalah-masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang tidak
terprogram. Sangat banyak waktu yang dikorbankan oleh pegawai-pegawai
tinggi pemerintahan, pemimpin-pemimpin perusahaan, administrator sekolah
dan manajer organisasi lainnya dalam menjawab masalah dan mengatasi
konflik. Ukuran keberhasilan mereka dapat dihubungkan secara langsung
kepada mutu informasi yang mendasari tugas ini.

(Sumber : ZAKY ALKAZAR NASUTION)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar